Seorang suami akan merasa bahagia jika bisa bertemu istri dan
anaknya. Begitu pula sebaliknya, anak akan merasa bahagia jika bisa
bertemu dengan orang tuanya. Dan tentunya, kebahagiaan dalam
kebersamaan ini diharapkan terjadi selamanya. Tidak hanya di dunia,
namun juga berlanjut sampai di akhirat. Bisakah kita mewujudkan harapan
ini? Kalaupun bisa, bagaimanakah caranya?
Dalam pandangan agama Islam, suami, istri
dan anak bisa bahagia berkumpul bersama tidak hanya di dunia, namun
berlanjut sampai di akhirat. Namun, untuk mewujudkannya tidaklah mudah.
Diperlukan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Jika tidak, masing-masing
akan berada di tempat atau derajat yang terpisah.
Merujuk keterangan yang ada dalam al-Quran dan Hadits, setidaknya ada
dua syarat agar kita bisa berkumpul bersama dalam kebahagiaan di
akhirat kelak, yaitu sebagai berikut
#1. Adanya Kesamaan Visi dan Misi dalam Keimanan
Alloh SWT berfirman dalam QS At-Thuur 21:
“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan,
Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada
mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat
dengan apa yang dikerjakannya”
Ayat ini memberikan pemahaman, bahwa agar orang tua dan anak dapat
berkumpul dalam kebahagiaan di surga, maka syaratnya harus memiliki
kesamaan visi dan misi dalam keimanan. Jika salah satu dari anggota
keluarga berbeda, maka tempatnya akan berbeda pula dan tentunya tidak
mungkin dapat bertemu.
Kebersamaan dengan anggota keluarga di surga, merupakan kesempurnaan
kenikmatan bagi mereka yang berhak masuk ke surga. Dalam salah satu
riwayat di jelaskan bahwa saat orang-orang yang berhak masuk surga
menginjakkan kakinya di surga, pertanyaan pertama yang muncul adalah
dimanakah orang tua, anak, dan istri kami?. Ini menunjukkan bahwa orang
yang masuk surga merasakan ‘kekurangan’ selama mereka belum melihat
keluarganya.
Saat anak dan keluarganya tidak satu derajat di surga, mereka pun
menyampaikan keinginannya kepada Alloh dengan mengatakan, aku beramal di
dunia untuk-MU dan untuk kebahagiaan mereka. Untuk itu, hadirkanlah
mereka di surga ini.
#2. Kesamaan Dalam Beramal Sholeh
Syarat kedua agar bisa dipertemukan di Surga adalah adanya kesamaan
dalam beramal sholeh. Hal ini sebagaimana tercermin dari doa para
malaikat kepada Alloh dalam QS Al Ghaafir 8:
“Ya Tuhan kami, masukkanlah mereka ke dalam syurga ‘Adn yang Telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh
di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan
mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”
Berdasarkan ayat di atas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa
kesamaan amal sholeh antara suami, istri dan keturunannya menjadi modal
utama untuk bisa bertemu di surga. Dan, tentunya amal sholeh ini
merupakan manivestasi atau penterjemahan dari kesamaan visi dan misi
keimanan.
Oleh karena itu, jika kita memiliki keinginan atau harapan agar
kebahagiaan bersama berlanjut sampai di akhirat kelak, maka salah satu
caranya tiada lain berupaya semaksimal mungkin untuk menjadikan diri
sendiri dan anggota keluarga memiliki kesamaan iman dan amal sholeh.
Kisah nabi Nuh as dan anaknya memberikan gambaran lebih lanjut, bahwa
ketidaksamaan visi iman dan amal sholeh akan mengakibatkan terputusnya
hubungan keturunan menurut versi Alloh. Nabi Nuh, berusaha mendidik
anaknya untuk beriman dan beramal sholeh. Namun anaknya durhaka dan
memilih jalan lain. Saat bah melanda, nabi Nuh bermunajat, “Ya Robbi,
selamatkanlah anakku, karena sesungguhnya ia keluargaku”, Dan Alloh
berkata lain, “Wahai Nuh, ketahuilah ia bukan keluargamu“.
Untuk itulah, marilah berjuang meraih keimanan dan amal sholeh.
Waspadalah, jangan sampai anak dan keluarga kita terkena polusi
kekufuran, karena dengannya akan memisahkan tempat di akhirat kelak.
Semoga Alloh membimbing rahmat dan hidayah-Nya terhadap keluarga besar dan keturunan kita.
+ komentar + 2 komentar
terimakasih postingan ini sangat menenangkan diri
terimakasih postingan ini sangat menenangkan diri
Posting Komentar